Mau Punya Keahlian ya Belajar

Beberapa waktu lalu saya sempat menonton reality show Minta Tolong di salah satu stasiun televisi swasta. Di episode yang kebetulan saya tonton ,  wanita penolong mati-matian MENOLAK hadiah yang diberikan. Tidak hanya sampai mengejar kru Minta Tolong yang memberikan uang hadiah, ia juga menarik-narik kameramen untuk mengembalikan uang hadiah tersebut. Alasannya? Simpel. Karena ia menolong dengan tulus dan merasa TIDAK BERHAK untuk mendapatkan uang tersebut.

Kawan, momen-momen tersebut merupakan sepercik memori yang tidak akan pernah terhapus dalam hati saya. Tentang bagaimana orang-orang yang sangat membutuhkan pun tidak mau menerima uang yang mereka rasa bukan haknya, tentang bagaimana mereka yang bukan orang berkecukupan pun masih punya harga diri untuk menyadari bahwa rejeki adalah hasil dari kerja keras dan bukan pemberian orang, dan tentang betapa naifnya kita dengan hidup yang masih lebih baik dari mereka namun kadang ingin mendapat harta berlimpah hanya dengan ongkang-ongkang kaki di rumah tanpa berusaha terlebih dahulu.

Mau dapet penghasilan, ya harus punya keahlian.

Mau punya keahlian, ya harus belajar.

Mau belajar, ya harus keluar uang dan waktu.

Dari jaman dulu ya seperti itu prosesnya. Sederhana, mudah dipahami, tapi kadang susah diterima. Padahal mau dikata apa lagi, ya sudah seperti itu jalannya. Kalau mau dapet sesuatu, ya harus rela berkurban sesuatu. Kurban uang, kurban waktu, bahkan kadang kurban perasaan. Untuk yang terakhir ini, orang yang sudah sukses pun bisa mengalaminya. Seperti kawan saya, salah satu penjual produk digital terkenal, yang terpaksa kurban perasaan dengan cari kerja kantoran hanya gara-gara calon mertuanya tidak mau anak kesayangannya menikah dengan orang seperti kita-kita ini, yang garis batas pengangguran dengan pebisnis internet sukses amat sangat tipis.

0 komentar:

Share